10 Cara J.K Rowling dalam Menulis Cerita

Justang Zealotous | 23.46 | 2 komentar

tips j.k rowling menulisSebagian besar orang mengakui luar biasanya imajinasi Joanne Kathleen Rowling dalam menciptakan dunia Harry Potter. Hanya sedikit yang melihat bagaimana kesuksesan perempuan kelahiran 31 Juli 1965 itu menerapkan ketekunan keras dalam menulis. Berikut 10 hal yang bisa kita pelajari dari cara menulis J.K. Rowling:
1. Ketekunan. Rowling mendapatkan ide mengenai Harry Potter pada tahun 1990, dan menghabiskan 17 tahun untuk mengerjakannya sebelum dia menyelesaikan seri terakhir novel tersebut, Harry Potter and the Deathly Hallows, pada 2007. 17 tahun melebihi rentang waktu seorang anak dalam menempuh jenjang Taman Kanak-Kanak sampai SMU. Tips: Kita mungkin saja memulai sebuah proyek menulis dan masanya akan tiba—hari, minggu, atau bulan—dimana kita akan merasa bosan, frustasi, bahkan ingin rasanya berteriak meninggalkan itu semua selama-lamanya. Tapi lihatlah jika kita berhasil mengatasi itu. Berpikir menyeluruh.
2. Rowling menulis biografi di websitenya bahwa dia sedang berada di dalam kereta ketika ide mengenai Harry Potter melintas di benaknya. Dia tak memiliki kertas ataupun pena, sehingga dalam 40 jam perjalanan dengan kereta itu, hal yang ia lakukan hanyalah berpikir. Rowling memaksa dirinya untuk terus merenung agar dapat menyimpan setiap detail kisah Harry Potter. “Menurutku, jika saat itu aku langsung menulisnya di kertas, aku justru akan memperlambat segala ide yang muncul.”
Tips: Jangan terlalu cepat menulis sebuah ide. Pikirkan juga mengenai struktur, konsep, kesimpulan, dan cara bercerita yang akan kita terapkan sebelum menuliskannya. (Catatan: cara ini termasuk keunikan yang dimiliki Rowling. Sebagian besar penulis justru menulis secara acak setiap idenya di mana dan kapan pun itu. Mereka sering khawatir jika saja ide itu terlupakan apabila tak segera dituliskan).
3. Jika ide cerita cukup menarik, teknik menulis bisa menjadi sekunder. Rowling bukanlah penulis sekaliber Ernest Hemingway. Harry Potter dan Batu Bertuah bukan pula judul yang melegenda seperti, misalnya, di Indonesia orang banyak mengenal wiracarita Ramayana. Tulisan di novel pertamanya itu lebih mirip catatan jalan-jalan biasa. Tapi kalau kita melihat ide ceritanya, boleh jadi tak akan banyak orang yang bisa menyamainya.
Tips: Kalau kita memiliki sebuah kisah yang menarik, ceritakanlah. Orang lebih tertarik pada ide cerita terlebih dahulu, meskipun jika kita juga memiliki kemampuan menulis yang memadai, cerita itu akan lebih menarik lagi.
4. Keyakinan diri. Pada saat memulai Harry Potter, Rowling adalah single mother yang harus berjuang menafkahi diri dan anaknya. Dia tak memiliki koneksi dengan industri penerbit, juga wadah untuk melakukan itu semua.
Tips: Dibutuhkan ketekunan, gairah, dan kenekatan si kecil Harry Potter untuk membuat diri kita cukup yakin dalam menembus dunia penerbit sebagai penulis pemula. Hal ini berbeda dengan kecenderungan penulis pemula yang lain, dimana mereka justru hanya bermodal nekat dan terburu-buru menyerahkan naskah kepada penerbit seolah akan menerbitkannya di sebuah website atau blog saja. Ingat, Rowling menyelesaikan Harry Potter selama kurang lebih 17 tahun, dan selama itu pula ia mengasuh anaknya tanpa seorang suami.
5. Menulis ketika sedang bersemangat. Rowling lebih suka menulis di sepanjang malam, atau di café-café yang sepi sambil mendengarkan musik. Hal itu membuatnya tenggelam dalam imajinasi. Ketika menyelesaikan “Deathly Hallows”, dia menyewa sebuah kamar hotel sehingga dia bisa menulis akhir cerita tanpa gangguan sedikit pun.
Tips: Kita mungkin tak sanggup menyewa sebuah kamar hotel atau menulis semalaman suntuk, terlebih lagi jika memiliki kegiatan rutin di pagi hari. Tapi kita bisa menyusun jadwal sehingga nantinya akan menulis dengan energi yang optimal, kapan dan di mana pun berada.
6. Jangan khawatir menciptakan cerita yang rumit. Serial Harry Potter memiliki setumpuk karakter, subplot, dan tema—semuanya ditujukan untuk membuat novel fantasi anak-anak.
Tips: Berikan kepada pembaca kita—meski hanya seorang anak—pengakuan terhadap kecerdasan mereka. Jangan membisu dengan ide-ide atau tulisan kita sendiri.
7. Sisakan beberapa hal. Rowling mengungkapkan dalam 2007 British documentary ketika pembukaan film Harry Potter and the Half Blood Prince. Dia menjelaskan mengenai detail-detail yang tak pernah ia buat dari beberapa karakter novelnya, termasuk kisah latar belakang dan apa yang terjadi pada mereka setelah serial Harry Potter berakhir (meskipun para fans memperbincangkan semua itu secara terus menerus).
Tips: Pilihlah sebanyak mungkin detail untuk cerita yang akan kita buat, kutipan-kutipan termanis, tempat, kemudian tinggalkan itu semua ketika kita telah selesai menuliskan cerita. Dengan demikian, pembaca kita akan terus bertanya-tanya dan memperbincangkan cerita yang telah kita tulis.
8. Menulis apa yang kita cintai. Rowling jelas begitu mencintai dunia Harry Potter. Dia tak mau menggambarkan bagaimana silsilah keluarga yang ditampilkan oleh British TV documentary tentang siapa yang akan dinikahi oleh Harry, Ron, dan Hermione setelah novel selesai.
Tips: Nikmati apa yang kita lakukan dan bagaimana kita mengerjakannya. Jika tidak, mengapa kita melakukannya, bukan?
9. Bersahabatlah dengan pembaca kita. Rowling selalu “ngeblog” sebelum dan setelah menulis Deathly Hallows sehingga para pembacanya bisa mengetahui cukup informasi mengenai dirinya dan bukunya. Di samping penandatanganan buku dan penampilan resmi di berbagai kegiatan, Rowling juga melakukan tanya-jawab dengan orang-orang yang menjalankan website penggemar dirinya.
Tips: Kita hidup di zaman media interaktif. Jika kita menjadi penulis, kita membutuhkan hubungan-hubungan yang baik dengan pembaca kita, entah itu di blog, twitter, penandatanganan buku, dan lain sebagainya. Berdasarkan apa yang kita lakukan, kita bisa menggunakan interaksi tersebut untuk membentuk apa yang akan kita tulis selanjutnya.
10. Iseng melakukan sesuatu. Setelah berhenti merokok, Rowling sering memainkan Minesweeper, sebuah game dalam bundel Microsoft (Windows), ketika ia membutuhkan rehat sejenak. Rowling seringkali menyombongkan diri di blognya jika telah mencapai level tertinggi dari permainan itu.
Tips: Jika Rowling bisa bermain games komputer untuk menenangkan mental, kita juga bisa memeriksa twitter atau facebook untuk rehat sejenak dari kegiatan menulis.

Sumber: http://www.readingbiograph.com/2012/06/10-cara-j-k-rowling-dalam-menulis/

Category:

About menyerap.blogspot.com:
Blog Menyerap adalah blog informasi yang aneh, unik, misteri, cinta, lucu, heboh, entertaiment dan semua artikel merupakan salinan dari berbagai sumber. Jika terdapat artikel yang telah didapatkan dari sumber Anda dan itu merugikan, silahkan kirim pengaduan di "Kontak Kami"

Comments
2 Comments

2 komentar:

  1. emang cerita harry potter udah seri terakhir gan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang aku tahu, itu sih gan.. sudah seri terakhir yaitu Harry Potter and Deathly Hallows Part 2

      Hapus

Thanks for your visiting!


Buat Anda yang ingin menyampaikan saran, kritik, masukan, kesan atau pesan dengan artikel ini. Silahkan berikan komentar Anda di bawah ini. Jika Anda TIDAK memiliki akun google, silahkan ganti dengan NAME/URL.


Peringatan!
Komentar dengan menggunakan unsur SARA, PORNOGRAFI, LINK, PROMOSI, atau yang berbau sinis lainnya. Tidak akan kami tayangkan.