Justang Zealotous |
17.30 |
0
komentar
Al Quran menyatakan dengan tegas :
“Sungguh benar-benar kafirlah orang yang berkata: “Allah itu adalah Isa Al Masih Putera Maryam” [Qs. Al Maaidah 72].
Dalam bukunya
THE PLAIN TRUTH ABOUT CHRISTMAS
Herbert W. Armstrong seorang Pastur Worldwide Church of God yang
berkedudukan di Amerika Serikat dan juga sebagai kepala editor majalah
Kristen "Plain Truth" yang bertiras sekitar 8 juta eksemplar tiap bulan
mengungkap seluruh kebohongan tentang asal usul Natal yang tidak lain
dan tidak bukan hanya merupakan sebuah "DAGELAN" kaum Murtadin yang
berasal dari peringatan hari lahirnya Dewa Matahari lalu entah siapa
yang memulainya telah dijadikan menjadi tanggal lahirnya "yesus" dan
perayaan Natal. Belum lagi ditambah berbagai pernik yang tidak masuk
akal disekitar "Natal" (Piet hitam, Santa Claus, salju), sebenarnya
sudah bisa menjelaskan atas perayaan DAGELAN tersebut.
Lalu ada polemik disebagian umat
Islam tentang boleh tidaknya mengucapkan "selamat" hari Natal kepada
kawan atau mungkin saudaranya yang kebetulan beragama Nasrani, padahal
sudah jelas jangankan mengacu pada Al Quran, dengan mengacu pada temuan
temuan atas kebohongan 'misteri natal" saja sudah selayaknya umat Islam
menutup mulutnya atas hal itu.
Natal bagi kaum muslimin
Peringatan Natal (ulang tahun
kelahiran Yesus) beda sama sekali dengan peringatan Maulid Nabi
(peringatan kelahiran Rasulullah saw.) atau dengan proklamasi Republik
Indonesia 17 Agustus. Peringatan Maulid Nabi dan Proklamasi RI sama
sekali tidak ada sangkut pautnya dengan ibadah mahdah (ritual), yang
boleh ditinggalkan atau diselenggarakan, bukan masalah. Sedang Natal
dalam Kristen, merupakan ibadah yang musti diperingati setiap tahun
sebagaimana kedudukan shalat Ied bagi umat Islam. Bagi umat Islam,
peringatan Natal yang dirayakan umat Kristen itu adalah hak asasi
mereka. Umat Islam tidak usah menghalang-halangi dan meributkan
kemeriahan Natal, selama perayaan itu tidak mengganggu akidah umat
Islam.
Namun, perayaan Natal berubah
jadi masalah antaragama, ketika ada pihak-pihak Kristen yang ingin
mendapatkan sambutan iman dari umat agama lain, terutama Islam. Misal,
ingin agar umat Islam mengucapkan ‘Selamat Hari Natal’ pada
mereka. Ingin agar umat Islam (terutama para pejabat tinggi negara) ikut
merayakan Natal bersama di gereja, dan lain sebagainya. Bagi sebagian
umat Kristen, diberi ucapan Selamat Natal oleh umat Islam adalah satu
kebanggaan dan kemenangan yang tak ternilai harganya.
“Sebagai
pengikut Nabi Muhammad saw patutlah dan tidak salah muslim juga
mengucapkan Salamah Maulid Isa Almasih (Selamat Natal Qurani) …… Kisah
Riwayat Nabi Muhammad saw. yang menikah dengan Siti Khadijah, isteri
pertama nabi yang pada waktu itu beragama Kristen Nasrani, dan pada
waktu itu agama Islam belum ada. Tentu umat pada waktu itu merayakan
Maulid Nabi Isa as. yang kemudian diterjemahkan jadi Natal, bahasa yang
berasal dari Brasilia (bahasa Latin). Bagi saya baik-baik saja agar
Natal diganti dengan Selamat Maulid Isa Alaihisalam” (Selamat Natal Menurut Al Qur’an, hal. 11-12).
Itu sangat mengada-ada.
Jangankan Nabi Muhammad, Nabi Isa dan para pengikutnya sampai abad ke-4
saja tidak pernah merayakan ulang tahun kelahiran Nabi Isa. Dari ratusan
buku, ensiklopedi, dan hadits yang telah dikaji oleh Tim FAKTA, tak
satupun yang menuliskan bahwa Nabi Muhammad pernah merayakan Natalan
bersama umat Kristen. Tuduhan Pdt. Nurdin itu adalah kebohongan besar.
Misteri 25 Desember
Para Teolog yang berpikir kritis dan
ilmiah, secara jujur mengakui 25 Desember bukan hari lahirnya Yesus.
Tabloid Victorius edisi Natal tahun lalu mengungkapkan keheranannya soal
Natal yang misterius: “Entah kapan dan siapa tokoh pencetus hari Natal, hingga sekarang masih dicermati.
Dan apa benar tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Yesus? Ini masih misterius”.
Dr. J.L. Ch. Abineno menambahkan: “Gereja-gereja
merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Kebiasaan ini baru dimulai
dalam abad ke-4. Sebelum itu Gereja tidak kenal perayaan Natal. Gereja
tidak tahu pasti kapan –pada hari dan tahun keberapa– Yesus dilahirkan.
Kitab-kitab Injil tidak memuat data-data soal itu. Dalam Lukas pasal 2
dikatakan bahwa pada waktu Yesus dilahirkan, gembala-gembala sedang
berada di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam (ayat
8). Itu berarti Yesus dilahirkan antara bulan Maret atau April dan
November” (Buku Katekisasi Perjanjian Baru, hal. 14).
Misteri 25 Desember dan
kontroversi Natal, asal-usulnya masih diperdebatkan tak ada ujung
pangkalnya. Tidak heran jika sebagian kalangan Kristen ada yang
merayakan Natal pada 6 Januari, atau 25 Maret, atau 19 April. Bahkan
Kristen Advent tidak merayakan Natal sama sekali.
Asal-usul Natal
Akar perayaan Natal berasal dari
kebudayaan bangsa Romawi. Orang Romawi sekitar abad ke-10 hingga 7
sebelum Yesus lahir (sebelum Masehi) mengenal hari lahirnya Dewa
Matahari yang diperingati tiap 25 Desember dengan sebutan ‘Saturnalia’.
Hari itu dianggap sebagai ‘The Winter Saltice’, saat mana matahari
berada di titik yang paling jauh dari katulistiwa.
Saat matahari memperpanjang
kekuatan untuk naik dalam titik balik perjalanan tahun. Saat itulah
beberapa daerah di Eropa menjadi siang sepanjang hari tanpa mengalami
datangnya malam. Itu pas tanggal 25 Desember. Pada proses itulah
perayaan Saturnalia dirayakan dengan pesta pora, hura-hura,
mabuk-mabukan, dan berbagai ritual amoral. Mereka menganggap bahwa ini
adalah keajaiban alam yang dapat dibuat sang matahari. Itu sebabnya
matahari dipuja sebagai Dewa Matahari.
Diadopsi Gereja
Ketika
Byzantium berkuasa, kaisar Konstantinus Agung mengkonversi Kristen
sebagai agama negara. Banyak gereja didirikan dan semua penduduk di
daerah kekuasaan Romawi disuruh masuk Kristen. Maka terjadilah proses
Sinkretisme antara agama lama dengan agama Kristen. Gereja mengadopsi
kebudayaan masyarakat dengan harapan agar pengikutnya tetap jadi
Kristen.
Itu sebabnya pada 355 M, Liberius,
Bishop Katolik, memproklamirkan tanggal 25 Desember yang tadinya
diperingati sebagai lahirnya Dewa Matahari, mulai saat itu diubah jadi
peringatan hari lahirnya Yesus Kristus. Liberius mengaitkan perayaan
Saturnalia dengan Yesus sendiri. Dia mendasarkan keputusannya atas
keyakinan bahwa Yesus Kristus adalah Sang Dewa Matahari itu. Maka
disimpulkan bahwa Yesus adalah sumber segala terang. Bahkan tertulis
dalam Injil bahwa Yesus mengaku: “Aku adalah Terang Dunia”.
Dengan demikian, jelaslah bahwa
peringatan Natal Yesus Kristus 25 Desember itu bukan ajaran Yesus, tidak
ada dalam kitab suci, hanya meniru ajaran agama kafir
sebelumnya.seperti layaknya hari Minggu sebagai hari sabbath ( baca
selengkapnya
disini )
Natal Sang Immanuel
Salah satu ayat yang sering dijadikan motto dalam peringatan Natal adalah Injil Matius 1:23 “Sesungguhnya
anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki,
dan mereka akan menamakan dia Immanuel, yang berarti: Allah menyertai
kita”.
Ayat tersebut menubuatkan bahwa
bayi yang dikandung Maria itu nantinya akan diberi nama Immanuel.
Padahal, selama hidupnya Yesus tidak pernah dipanggil Immanuel. Bahkan
pada hidupnya pun Yesus tidak mengatakan Immanuel (Allah menyertai
kita). Menurut cerita Bibel, ketika menghembuskan nafas terakhir di
tiang salib Yesus justru berteriak: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku ? (lihat Injil Matius 27:46).
Kelahiran Yesus versi Al Quran
Al Quran memberikan isyarat kelahiran Nabi Isa di Palestina sebagai berikut:
“Goyang-goyangkanlah pohon kurma itu, niscaya pohon itu akan menjatuhkan buahnya yang masak untukmu” (Qs. Maryam 25).
Ayat tersebut mengisyaratkan
bahwa Nabi Isa lahir pada musim buah korma. Di Palestina, buah korma
bisa masak ketika musim kemarau, yaitu sekitar bulan Agustus sampai
dengan awal September. Mustahil Nabi Isa lahir bulan Desember, karena
bulan Desember adalah musim dingin yang tidak akan membuahkan musim buah
korma masak. Maka jika ada umat Islam yang turut merayakan Natal atau
mengucapkan selamat Natal atas kelahiran Yesus, berarti dia mengingkari
Al Quran surat Maryam 25.
sumber:http://kanahayakoe.blogspot.com/2011/06/misteri-perayaan-natal-sebagai-hari.html
Category:
Misteri
0 komentar